Fenomena Perkembangan Dakwah Dari Masa Ke Masa

Sejarah Redaksi Dakwah

Semenjak era Rasulullah SAW dakwah telah diterapkannya dakwah. mulai dari Rasulullah sendiri, setelah itu di informasikan kepada umat serta teman, hingga terjadinya para ulama di bermacam belahan dunia. Dari masa ke masa penyampaian redaksi dakwah dahulu sampai saat ini telah melewati bermacam era, mulai dari penyampaian kepada petinggi negeri dengan metode hijrah dari makkah ke madinah kemudian menyebar ke bermacam daratan serta belahan dunia. sampai datang di era yang modern serta serba gampang dalam mengakses bermacam data.

Di era yang serba dapat pertumbuhan dakwah sangat gampang di informasikan kepada warga. Begitu pula dengan orang orang yang gampang mengakses data dari mana saja. Kemudian, gimana fenomena dakwah yang terdapat di masa saat ini? Pertumbuhan dakwah saat ini pula wajib dapat menjajaki bersamaan berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi yang tumbuh di warga. sebab dengan metode ini hendak banyak orang yang gampang mencermati dakwah.

Perkembangan Dakwah Di Masa Kini

Kemudian, apa yang terjalin dalam perkembangan dakwah di masa saat ini? Dalam fenomena dakwah masa saat ini, para ulama’ pula wajib kreatif dalam meningkatkan serta menggunakan teknologi selaku fasilitas dakwah. Saat ini banyak sekali ulama’- ulama’ yang menyebarkan dakwah dengan membuat konten se- menarik mungkin, terkadang terdapat yang menyelipkan perihal perihal yang dapat membuat pendengar tertawa supaya pendengar tidak merasa bosan ataupun monoton.

Sebab dakwah yang telah dimodernisasi dengan kecanggihan teknologi serta berkembangnya ilmu pengetahuan, hingga tidak sedikit orang orang dapat mengantarkan dakwah dengan gampang, apalagi banyak orang yang mengaku- ngaku selaku seseorang ulama’ dengan modal public speaking kemudian menyebarkan ilmu tanpa mempunyai seluk beluk keilmuan yang tsiqah, dan itu sesudah itu di informasikan kepada audien.

Cuma bermodal sedikit ilmu serta pandai mencerna kata demi mengejar popularitas dunia hingga bermacam metode hendak dicoba tanpa memikirkan akibat pada warga ataupun hasil akhir yang di dapat. Khususnya kala dihadapkan oleh realita globalisasi dikala ini, serta pula bersamaan berkembangnya keilmuan beserta sains terlebih pertumbuhan politik.

Dalam perihal ini fenomena dakwah banyak sekali mengalami problematika yang baru, semacam bagaimana ajaran islam sanggup menguasai oleh golongan masyarakat di tengah berkembangnya teknologi ilmu pengetahuan, dalam perihal ini selaku pendakwah wajib dapat menghadapi pertanyaan- pertanyaan orang awam supaya tidak terjalin pertentangan antara pemahaman Al- Qur’ an serta hadist dengan kenyataan yang ada.

Tentang gimana warga islam dapat menjajaki perkembangan yang terdapat di dunia tanpa mengganti tatanan ataupun ajaran agama. Serta pula gimana permasalahan agama tidak cuma dapat dialami selaku doktrin normatif tetapi pula bisa dibesarkan jadi konsepsi operatif.

Oleh sebab ini, mutu pendakwah pada waktu saat ini wajib lebih berkembang serta berpikiran modern, tidak cuma memandang satu sisi saja supaya tidak memunculkan pertentangan. tidak lupa pula selaku muslim wajib mempunyai kepekaan sosial.

Perjalanan Kisah Dakwah Sunan Kudus Yang Pantas Di Contoh

Tiap- tiap tokoh Wali Songo mempunyai cerita menariknya sendiri, tidak terkecuali Sunan Kudus.

Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan ialah nama asli Sunan Kudus. Istilah Sunan Kudus diambil dari nama dia menyebarkan agama Islam, yakni Kudus. Suatu wilayah di Jawa Tengah yang saat ini jadi nama kabupaten.

Dia sesungguhnya tidaklah berasal dari Kudus. Sunan Kudus dilahirkan di wilayah yang bernama Al- Quds, Palestina yang setelah itu hijrah ke Tanah Jawa bersama kakek, bapak, serta kerabatnya. Dia merupakan generasi ke- 24 Nabi Muhammad saw.

Perjalanan Dakwah
Sunan Kudus ialah anak dari Sunan Ngudung ataupun Raden Usman Haji. Si bapak merupakan seorang panglima perang dari Kesultanan Demak.

Sebab kecerdasan dia serta ilmunya yang sangat mendalam, Sunan Kudus setelah itu memperoleh jabatan di Kesultanan Demak. Dia berprofesi selaku seseorang penasihat raja, imam besar, mursyid tarekat, mufti, serta qadhi.

Menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus tidak dapat dilakukan dengan gampang kala itu. Dia wajib berhadapan dengan warga yang kental dengan ajaran Hindu serta Buddha yang terlebih dulu ada.

Buat dapat memperkenalkan Islam kepada warga, dia wajib memutar otak. Sejatinya, kunci dakwah merupakan lewat tata cara yang baik, halus, serta tidak memforsir sehingga banyak warga yang bersedia menjajaki ajarannya.

Foto Ilustrasi

Berdakwah dengan Metode Kultural
Strategi yang diperlihatkan oleh dia merupakan dengan mewujudkan Islam Kultural. Artinya, Islam yang muncul dengan ajaran yang baru, namun tidak melenyapkan keaslian budaya yang telah terdapat dalam warga.

Sunan Kudus mempraktikkan kerja sama dari kecerdasan ilmu pengetahuan agama serta strategi perdagangan. Dengan begitu, dakwah dapat berjalan secara damai tanpa terselip pertumpahan darah.

Fleksibilitas berdakwah juga dapat menjadikan Islam selaku agama yang bertabiat kultural serta sanggup diserap oleh budaya- budaya yang sudah jadi simbol kehidupan warga.

Buat menarik atensi warga, Sunan Kudus membangun suatu masjid yang mempunyai desain serta arsitektur yang mirip dengan karakteristik khas agama Hindu.

Hasilnya, waktu itu banyak warga yang penasaran dengan ajaran dia serta secara lama- lama mulai terbawa- bawa dengan ajaran Islam.

Tidak cuma itu, masjid yang diberi nama Al- Aqsha tersebut mempunyai 8 titik pancuran yang digunakan buat berwudhu. Pada tiap pancuran ada patung Kebo Gumarang.

Menyebarkan Islam Memakai Pendekatan Sosial
Pendekatan lain yang digunakan guna menyebarkan Islam di wilayah tersebut merupakan pendekatan sosial dari hati ke hati, jadi bukan cuma dengan simbolisasi bangunan saja.

Salah satunya merupakan pelarangan penyembelihan sapi. Hewan ini dianggap sakral oleh umat Hindu. Ada pula dalam menyikapi bermacam- macam ritual dari agama Hindu, Sunan Kudus secara lambat- laun memasukkan nilai- nilai Islam.

Salah satunya merupakan ritual mitoni ataupun syukuran 7 bulan merayakan kehamilan seseorang ibunda.

Di dalam salah satu rangkaiannya, ditekankan supaya pengikutnya mengantarkan rasa syukur yang cuma diperuntukan kepada Allah Swt. bukan kepada para dewa.

Sedangkan itu pada hewan ternak yang dikurbankan, yang awal mulanya dijadikan sebagai sesajen diganti oleh Sunan Kudus. Seluruhnya itu dijadikan sebagai hidangan syukuran.

Setelah itu, hidangannya dibagikan kepada warga yang perlu. Serta, diniatkan selaku sedekah.

Tata cara dakwah yang lambat- laun dan lemah lembut ini teruji berhasil. Metode yang pelan- pelan bisa diterima oleh warga di Jawa dikala itu.

Dalam perihal ini, Sunan Kudus mengarahkan kepada kita hal yang bernilai. Kita wajib senantiasa toleransi baik dalam beragama ataupun bermasyarakat.

Kebijaksanaan serta kearifan yang ditunjukkan oleh Sayyid Ja’ far Shadiq ini dalam menyebarkan Islam tidak membuat kebudayaan yang sudah terdapat lebih dahulu jadi tersisihkan.

Dia malah senantiasa mempertahankan tradisi serta kebudayaan yang sudah mengakar di dalam hati warga.

Tetapi, tetap saja mempertahankan kebudayaan sepanjang tidak berlawanan dengan syariat serta tujuan Islam. Dengan kebijakan yang dijalankan oleh dia, proses Islamisasi dalam warga juga dapat berjalan dengan baik.

Sunan Kudus memiliki metode supaya warga bersedia mencermati tabligh- nya di masjid. Dia sengaja meletakkan sapinya, Kebo Gumarang, di taman masjid.

Sapi yang diagungkan oleh penganut Hindu akhirnya jadi simpati. Terlebih, sehabis Sunan kudus memaparkan tentang pesan yang maksudnya sapi betina. Ya, pesan al- Baqarah.

Apalagi dikenal hingga saat ini, sebagian warga Kudus masih menolak buat menyembelih sapi serta mengubahnya dengan kerbau.

Redaksidakwah

Pintu Dakwah Dan Berita Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *