Fokus Utama Dakwah Di Era Digital Online

Jadi santri yang melek teknologi telah semacam harus di masa digital dikala ini. Memahami teknologi digital telah dikira standar serta bukan sebuah kelebihan. Yang membedakannya merupakan seberapa besar tingkatan kemampuan atas teknologi tersebut. Keahlian apa saja yang mereka miliki di dalamnya.

Semacam banyak perihal yang lain, baik buruknya media digital bergantung pada penggunaannya. Penyebarannya yang luas serta kecepatan sampainya data yang luar biasa membuat kebaikan dapat menyebar dengan kilat serta gampang. Demikian juga sebaliknya, keburukan pula sama. Mereka silih beradu buat memenangkan pertempuran di dunia maya.

Ada 4 poin utama yang pantas dicermati terpaut dengan pemanfaatan media digital, ialah konten, keahlian berpikir yang benar, penyebaran data, serta kejelasan/ fokus.

Dikala memakai internet kita hendak dibanjiri oleh derasnya arus data. Jadi, kita wajib dapat memilah tidak cuma yang baik serta benar, namun pula mana prioritas utama yang menunjang tujuan/ kehidupan kita. Bila tidak, fokus kita dapat gampang terpecah. Kemudian kita juga hendak kandas ataupun tidak sanggup mencapai hasil yang diharapkan.

Sehubungan dengan dakwah santri, 4 poin tadi senantiasa sama. Setelah itu selalu fokus utamanya ada 5 kegiatan yang dapat diseleksi, ialah:

  1. Reframing/ pembingkaian ulang
    Aku tidak ketahui apakah ini dapat disamakan dengan ghazwul fikr( perang pemikiran) ataupun tidak. Yang jelas reframing ini sangat beresiko serta bagaikan serigala berbulu domba. Di dalam novel“ In Search of The Obvious”, Jack Trout dengan terang- terangan berkata kalau dirinya memasarkan Amerika dengan metode reframing, sehingga Amerika dapat memahami/ turut campur terhadap urusan negara- negara lain semacam Irak, konflik Israel- Palestina, serta sebagainya.

Contoh lain dari reframing misalnya:
a. Seks leluasa serta kebebasan atas badan sendiri,
b. Pacaran tanpa ciuman belum dapat dikira pacaran, serta sebagainya.

Berita dakwah nasional kita wajib dapat ditunjukan buat menanggulangi reframing- reframing semacam di atas ataupun membuat reframing positif.

  1. Memberikan pelatihan
    Sebagian pelatihan dapat diajarkan secara online, baik lewat web, aplikasi, ataupun media sosial. Apabila santrinya telah kaya/ berkecukupan, mereka dapat membagikan pelatihan online free, misalnya berbentuk tahsin, tahfidz, bahasa Arab, pelatihan isi kitab, ataupun yang lain.
  2. Memberikan keteladanan/ selaku agen Islam/ merk berjalan
    Khabib, seseorang pegulat muslim yang populer sempat mengatakan,“ Orang non muslim tidak membaca Al Quran serta Hadits. Hingga tunjukkanlah Islam lewat dirimu.” Jadi, setiap muslim ialah agen Islam ataupun merk berjalan. Idealnya, bila santri mau berdakwah tidak semata- mata berilmu ataupun ketahui teorinya, namun pula menerapkannya secara komprehensif. Terlebih perkata tertulis yang salah/ kurang baik tidak hanya lebih menempel pada ingatan pula dapat mempunyai implikasi hukum. Dakwah santri hendaklah mengutamakan keteladanan; tidak melanda, menghina, ataupun menjelekkan; tidak agresif; dan lebih mencermati pesan- pesan perdamaian, intonasi, serta isi.
  3. Program santri mandiri serta memandirikan
    Program santri mandiri serta memandirikan dapat berbentuk startup digital, koperasi digital, jual beli benda serta jasa online, serta sebagainya yang intinya santri yang sudah mandiri berupaya memandirikan santri lain yang belum mandiri ataupun warga universal, paling utama sesama muslim. Sebab pada realitasnya, di luar situ banyak tempat ataupun lapangan pekerjaan yang menyulitkan umat muslim buat beribadah dengan benar dan mengganggu/ mengikis keislaman seorang. Jadi, program ini sangat menolong.
  4. Pembuatan media dakwah eksplisit
    Misalnya video ceramah, ilmu- ilmu keislaman, pembagian informasi- informasi berarti, menggalang aksi sosial, kisah- kisah teladan, melawan hoaks, serta lain- lain.

Kehancuran era terus menjadi nyata. Tidak cuma tentang style pacaran yang terus menjadi leluasa serta berani, namun pula iklan yang terus menjadi banyak disisipi porno, kanak- kanak/ murid- murid yang terus menjadi menurun sopan santunnya, serta sebagainya. Banyak orang sudah terlepas dari kejelasan hidup, kurang ingat/ lalai hendak mana yang pantas diutamakan. Sementara itu, Islam sendiri telah menetapkan 5 hukum buat memudahkannya, ialah harus, sunnah, makruh, mubah, serta haram. Dengan mengutamakan yang harus serta sunnah hingga kita hendak jadi unggul serta lebih banyak khasiatnya. Setelah itu berperan cocok dengan prioritas terpentingnya terlebih dulu. Nantinya, dengan sendirinya mereka hendak teralihkan dari akun- akun/ orang- orang yang kurang baik/ tidak berguna tadi.

Kedudukan Dakwah Santri di Masa Digital

Sentuhan jari pada smartphone sanggup bawa kita ke arah mana saja yang hendak dituju, tidak hirau positif maupun negatif. Berselancar di dunia maya membuka mata kita hendak keragaman manusia dengan seluruh kepribadian serta watak yang dipunyai. Nyaris seluruh orang memiliki hobi baru, berlama- lama dengan smartphone yang lebih dapat membagikan apa saja yang mereka ingin. Info seputar dakwah nusantara pun dapat kita selami melalui smartphone digenggam kita.

Disadari maupun tidak, dunia maya sudah diisi dengan bermacam aksi serta respon yang kerap kali membuat kita mengernyitkan dahi. Entah itu tentang konflik simpel yang dibesarkan maupun kebalikannya, pula ujaran kebencian, bullying, serta seluruh perihal yang memancing emosi buat silih memusuhi.

Manusia terus menjadi gampang menampilkan eksistensi diri lewat bermacam platform. Kemudahan yang ditawarkan membuat seluruh orang berkesempatan menampilkan kalau dirinya merupakan manusia yang pantas buat diketahui apalagi viral. Mereka membuat konten- konten yang terkadang kurang berfaedah, unfaedah, ataupun apalagi tidak pantas.

Kita memanglah tidak dapat menjernihkan sungai( dunia maya), tetapi kita dapat turut andil mengaliri nya dengan air yang jernih serta melegakan. Telah saatnya kita selaku santri mengambil kedudukan buat ikut dan menebar kebaikan serta perdamaian di masa digital ini.

Berdakwah secara online memanglah bukan perihal yang gampang, jalur terjal yang ditempuh memerlukan kekuatan, kesabaran, serta keistiqomahan. Hingga kita selaku santri wajib tetap menempa diri dengan latihan- latihan supaya dapat jadi pendakwah yang solutif serta bermental baja terhadap seluruh mungkin yang terjalin. Tidak cuma itu, berdakwah di era saat ini memerlukan segar outside serta segar inside. Apakah itu?

Segar Outside
Fresh=segar serta outside=luar. Selaku pendakwah seorang wajib memiliki tampilan yang baik. Tampilan ini menuju pada 2 perihal. Yang awal penampilan raga. Gimana triknya supaya pendakwah dapat menarik atensi audiens? hingga dia wajib berpenampilan yang menarik, minimum dia tidak merisaukan orang- orang yang melihatnya. Kedua merupakan gimana sikap kita, hal- hal yang biasa kita jalani tiap hari sebisa bisa jadi mencerminkan apa yang kita ucapkan, apa yang kita tulis serta apa yang kita bagikan.

Segar Inside
Fresh=segar serta inside= dalam. Selaku pendakwah seorang wajib berupaya memiliki hati yang jernih. Meminimalisir apa- apa yang membuat hatinya gampang terkotori. Pesan ustadz Aan yang masih terngiang hingga saat ini merupakan dia mengatakan ayat:

كبرمقتاعنداللهأنتقولوامالا

تفعلون

Ayat tersebut menegaskan kepada kita kalau apa yang kita ucapkan wajib cocok dengan apa yang kita jalani.

أقول ما أفعل…

Berdakwah untuk remaja haruslah dicoba dengan cinta, sebab Allah menghasilkan manusia dengan segenap cinta tulus yang diberikan. Bila kita mengantarkan suatu dengan cinta, hingga audiens hendak menerima dengan segenap cinta pula.

Berdakwah di era saat ini memerlukan banyak kemampuan serta keahlian. Seseorang pendakwah wajib memiliki energi pikir kritis dengan mengenali pangkal kasus yang terjalin sebaik- baiknya sampai sanggup membagikan pemecahan kepada warga. Pendakwah pula wajib memiliki keahlian komunikasi yang baik, supaya tidak terjalin miskomunikasi dengan pendengar. Berikutnya pendakwah bisa bekerjasama dengan banyak kawan supaya sanggup menciptakan content ataupun karya yang optimal baik dari segi isi maupun tampilan.

Dunia saat ini ditetapkan oleh 3 perihal, anak muda, wanita, serta netizen. Serta kunci terutama buat kesemuanya merupakan kreatifitas.

Ayo jadi bagian dari penebar perdamaian lewat konten yang menarik serta melegakan.

Refleksi Empirik Dakwah Santri Di Masa Digital

Apa yang terbersit awal kali kala membaca ataupun mendengar kalimat masa digital?. Kalimat ini memanglah telah tidak asing lagi untuk kita, dikala ini kita sudah hingga pada masa dimana seluruh perihal sudah dimudahkan dengan kedatangan teknologi, spesialnya internet, masa inilah yang diucap dengan masa digital. Info dakwah nasional dewasa ini sudah bisa diakses dengan mudah melalui redaksi dakwah digital online terkini. Dakwah untuk remaja pun semakin mudah untuk dilakukan. News redaksi dakwah yang berseliweran banyak di dunia digital telah mengubah pola redaksi dakwah terkini.

Masa digital mendesak manusia buat terus berinovasi dalam seluruh perihal, sehingga memperkenalkan banyak sekali pergantian pada lini kehidupan warga. Pergantian yang signifikan tersebut berefek pada berubahnya metode berpikir manusia, metode hidup serta metode berhubungan satu dengan yang lain.

Pesatnya teknologi ini memasuki paling tidak pada dunia ekonomi, politik serta pembelajaran. Pada tataran dunia ekonomi misalnya, seluruh aktivitas perekonomian dikala ini sangat membolehkan dicoba lewat media online tanpa mewajibkan tatap muka begitu pula pada dunia pembelajaran. Terlebih keadaan dunia mengalami pandemi covid 19 yang seakan belum menciptakan titik cerah kapan hendak berakhir.

[Kebijakan Pemerintah semacam social distancing, physical distancing, work from home, kelas- kelas online, stay at home serta lain- lain seakan jadi stimulus terus menjadi pesatnya teknologi tumbuh, manusia hendak terus berfikir gimana triknya senantiasa bisa melaksanakan aktivitasnya walaupun wajib di rumah saja. Sehingga menyesuaikan diri terhadap Kerutinan baru dalam kehidupan absolut dicoba.

Pesantren Serta Masa Baru Teknologi

Tantangan kehidupan masa baru yang ketentuan hendak pertumbuhan teknologi tidak cuma memforsir warga universal buat mengikutinya, dunia pesantren juga tidak pelak terserang imbasnya. Pesantren selaku sentral pembelajaran Islam diharapkan sanggup menciptakan output santri yang bermutu tidak cuma dari segi keilmuan namun pula santri yang sanggup membiasakan dengan pertumbuhan teknologi, sehingga pada kesimpulannya nanti sanggup buat survive di warga.

Al- Qabisi salah satu tokoh pembelajaran abad IV Hijriyah melaporkan kalau pembelajaran Islam diharapkan bisa menumbuhkembangkan individu yang selaras dengan nilai- nilai Islam yang benar, sanggup meningkatkan akhlak, meningkatkan rasa cinta agama, berpegang teguh kepada ajaran agama serta berperilaku cocok dengan nilai- nilai ajaran agama. Tidak kelewatan bila setelah itu pemerintah mau mewujudkan par excellence sistem pembelajaran Islam yang baik dengan madrasah serta pesantren selaku role model- nya. Hingga pesantren telah saatnya buat menjajaki pertumbuhan era dengan mempraktikkan teknologi selaku bagian dari pembelajarannya.

Tetapi sebagian pesantren masih memilah buat menutup diri dari pertumbuhan teknologi serta masih berpegang pada pendidikan konvensional dengan banyak pertimbangan. Sementara itu pertumbuhan teknologi masa saat ini bisa dimanfaatkan buat tingkatkan manajemen pesantren supaya lebih tumbuh. Media sosial bisa dimanfaatkan selaku fasilitas mengantarkan pesan- pesan pembangunan kepada khalayak luas, juga pula mengantarkan dakwah keagamaan dengan sasaran warga yang lebih luas.

Di masa keterbukaan serta kemudahan akses ilmu keagamaan dikala ini, pada kesimpulannya mempermudah setiap orang buat belajar Ilmu agama dengan sangat gampang sehingga fenomena dikala ini banyak bermunculan da’ i– da’ i baru baik dari golongan santri ataupun bukan. Da’ i dari pesantren memiliki keluasan Ilmu agama demikian pula pengetahuan spiritual yang tercipta sekian lama di dalam pesantren. Puluhan tahun dihabiskan buat nyantri, berhubungan langsung dengan para kyai sehingga santri mempunyai pengetahuan humanistik serta pengetahuan spiritual yang mumpuni.

Tetapi kenyataannya da’ i- da’ i baru yang notabene belajar agama dengan metode belajar sendiri kebanyakan memiliki kemampuan berdakwah yang kekinian serta asik, sehingga warga jauh lebih tertarik, sebab warga lebih mengutamakan komitmen figure daripada komitmen nilai. Sementara itu tidak tidak sering keilmuan yang mereka punyai masih sebatas uraian secara teori semata, tidak memperoleh transmisi keilmuan dari para kyai secara langsung.

Mengutip perkataan Gus Baha bila perihal ini terus dibiarkan hingga eksistensi santri yang mondok belasan tahun hendak kalah dengan ustadz- ustadz online yang baru hijrah. Hingga seyogyanya santri mempunyai modul serta tata cara dakwah yang mumpuni. Berkenaan dengan modul dakwah pastinya tidak diragukan lagi. Yang wajib jadi atensi merupakan tentang tata cara dakwah. Dikala ini warga yang dialami merupakan warga milenial yang pastinya memerlukan strategi spesial pula. Pemilihan strategi spesial dengan menggunakan teknologi internet bisa jadi salah satu opsi untuk penyampaian dakwah dengan digital.

Santri selaku perwujudan seorang muslim memiliki tanggung jawab individu buat berdakwah. Hingga butuh dibekali teknologi supaya sanggup bersaing dalam perihal tata cara dakwah kontemporer. Sehingga diharapkan santri dapat turut berkontribusi pada pembangunan negeri melalui kedudukannya menyebarkan ajaran agama. Santri wajib melek terhadap tata cara dakwah digital, walaupun tidak menafikan tata cara dakwah konvensional bil- kitabah( al- ittishalat ul lisaniah ataupun al- ittishalat angkatan laut(AL) syar’iyyah) ataupun dakwah bil- kitabah. Telah saatnya santri muncul dengan dakwah digital, membiasakan dengan pertumbuhan era. Mencari pemecahan gimana dakwah senantiasa pas sasaran serta pas guna.

Jihad Baru Masa Digital

Bila dahulu jihad santri merupakan melawan penjajah hingga saat ini santri dituntut buat menginterpretasikan arti jihad adalah jihad dalam mengalami tantangan- tantangan yang terdapat semacam radikalisme, terorisme, pornografi serta berita- berita hoax, ujaran kebencian, tercantum pula konten- konten Ilmu agama yang tidak memiliki sanad keilmuan yang jelas. Hingga santri selaku seorang da’i yang mempunyai keluasan ilmu agama diharapkan sanggup jadi filter ataupun tempat tabayyun yang pas.

Stigma di warga wajib dihilangkan kalau santri yang tinggal di pondok pesantren diidentikkan dengan Islam yang masih tradisional serta tidak menjajaki pertumbuhan era paling utama teknologi. Santri wajib diperkenalkan metode- metode dakwah baru di masa digital, sehingga waktu yang dimiliki santri tidak cuma buat mengkaji ilmu keagamaan saja namun pula sanggup menyuarakan ilmunya lewat ruang- ruang virtual kepada warga.

Gelorakan Dakwah di Masa Digital, Santri Wajib Kritis serta Kreatif

Pertumbuhan dunia digital, paling utama dalam perihal internet, bawa pengaruh baru untuk manusia. Data seolah berjalan sangat kilat, berkepanjangan, serta serentak.

Pertumbuhan dunia digital, paling utama dalam perihal internet, bawa pengaruh baru untuk manusia. Data seolah berjalan sangat kilat, berkepanjangan, serta serentak.

Perihal inilah yang bisa dimanfaatkan selaku ladang dakwah santri. Dengan kemudahan akses yang tiap orang juga sanggup berargumen didalamnya. Tidak bisa dipungkiri, santri sendiri sanggup jadi bagian dari petani buat menanam ilmu- ilmu ataupun menebarkan redaksi dakwah terbaru tersebut.

Kedudukan santri pada masa ini lumayan diperlukan, terlebih di tengah konten kajian keislaman utamanya yang telah terpublikasi di internet, cenderung didominasi oleh kelompok Islam radikal yang bercorak ekstrem serta fundamentalis.

Berikutnya, bermacam ormas Islam juga pula mulai gempar menggunakan media online, semacam web, web, kemudian media sosial yang lain facebook, twitter, instagram serta media yang lain buat menyebarkan data serta ladang dakwah mereka. Isu- isu yang dinaikan juga tidak jauh dari perkara pandangan hidup mereka misalnya kembali ke AL Quran serta sunnah, bid’ ah, keharaman nasionalisme, harus dalam berkhilafah, sampai penetapan syari’ at Islam.

Dalam masa digital semacam saat ini ini, keberadaan data juga tidak terbatas oleh ruang serta waktu. Perihal ini menjadikan siapa saja tercantum santri buat menghasilkan sesuatu atmosfer yang baru. Tetapi, disisi lain dapat pula menjadikan santri terbawa serta terpengaruhi oleh data yang belum pasti kebenarannya serta kebenarannya. Dakwah untuk remaja harus semakin giat dilakukan karena semakin banyaknya redaksi dakwah digital.

Tetapi terkadang suatu data tersebut diolah sedemikian rupa buat menguntungkan kelompok– kelompok tertentu. Fenomena semacam ini, butuh disikapi dengan metode santri turut menyebarkan berdakwah dengan konten– konten yang positif. Hendak namun, seluruh itu pula diperlukan santri dalam segi berfikir yang kreatif serta kritis.

Perilaku kreatif serta kritis jadi sangat berarti diterapkan dalam proses mencari konten dakwah santri, baik dalam mencari bacaan– bacaan modul ataupun dalam mengaitkan bacaan dengan konteks. Sehingga nantinya dalam ekspedisi dakwah santri sanggup menimbulkan uraian yang komprehensif, tidak kaku, serta tidak normatif.

Tidak hanya itu, dalam menerima data santri langsung sigap dalam memilah serta memilihnya, apakah sesuai ataupun tidak bila di informasikan ke khalayak universal. Proses seluruh itu tidak lain cuma buat membagikan data ataupun kajian yang valid, serta bisa diterima di warga, terlebih bisa diyakini kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan.

Peluang ini yang dapat dicoba oleh santri buat memperdalam digitalisasi literatur santri selaku penambah konten berdakwah. Seluruh itu bisa dicoba dengan metode menggalakkan pendalam modul serta mengangkut kajian- kajian kitab kuning. Digitalisasi masif kitab- kitab kuning pasti merupakan kerja yang luar biasa beratnya. Hendak namun, bila itu bisa dicoba secara terstruktur serta didukung oleh seluruh lini pesantren, digitalisasi hendak terkesan gampang serta istiqamah.

Digitalisasi teks- teks pesantren, jika didokumentasi dengan baik, hendak berakibat positif ialah mempermudah warga dalam mencari referensi ataupun dalil dikala mengalami suatu kasus yang baru. Warga kita hari ini memerlukan data yang kilat. Dalam perihal ini, konten dakwah santri dapat digunakan selaku referensi warga.

Salah satu fakta nyata dari peranan dakwah santri di dunia digital merupakan timbulnya gerakan mari mondok. Gerakan mari mondok ini pernah jadi international trending topic di twitterland. Timbulnya gerakan ini selaku realisasi dari visi misi Pimpinan Universal Tanfidziyah PBNU KH. Said Aqil Siradj tentang kembali ke pesantren pada Muktamar NU pada 10 tahun kemudian, tepatnya tahun 2010 di Makassar. Baginya, ruh serta tulang punggung Nahdlatul Ulama( NU) terdapat pada pesantren. Dari situlah diterjemahkan lewat aksi nyata gerakan nasional mari mondok oleh Pimpinan Daerah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama( PW RMI NU) Jawa Timur. Setelah itu pula timbul sokongan dari PW RMI NU Jateng dengan membuat logo gerakan nasional mari mondok pesantrenku keren.

Setelah itu berlandaskan apa yang sudah digelorakan oleh gerakan mari mondok, menampilkan kalau berdakwah lewat dunia maya serta sosial media jadi salah satu alternatif yang tidak dapat diabaikan. Berawal dari gerakan mari mondok, setelah itu timbul sebagian akun- akun yang memakai bahasa khas pondok, santri, serta pesantren, semacam@alasantri,@santrimenara,@santriperumahan@santriIndonesia@galerisantri serta masih banyak lagi yang bisa kita temukan di pencarian media sosial.

Saatnya mulai saat ini, para santri berfikir kreatif serta kritis di dalam media, mulai merancang, mencerna bahan serta menyajikan dengan sajian yang menarik. Sehingga santri di masa digital bukan cuma dituntut selaku santri yang alim dalam agama saja namun pula melek teknologi serta sanggup membiasakan pertumbuhan era. Menancapkan hasrat buat semangat menggelorakan dakwah khas kepesantrenan serta turut memberi warna dunia maya dengan konten– konten positif serta berbobot.

Pemberdayaan terhadap santri bisa dicoba dengan pemberian pelatihan- pelatihan IT secara berkesinambungan serta kontinyu. Tidak hanya itu materi- materi bawah IT pula butuh diperkenalkan serta jadi modul bonus tidak hanya modul bidang keagamaan. Sehingga tidak menutup mungkin tata cara pengajaran ke depan bisa dicoba lewat media. Tercantum pula pengenalan tata cara dakwah digital lewat media sosial semacam twitter, facebook, Instagram, youtube channel, life streaming, web pesantren, konten- konten keagamaan baik lewat artikel- artikel keagamaan, meme, perkata mutiara, ayat- ayat Al- Quran, Hadist serta lain- lain.

Pastinya seluruh itu wajib disikapi dengan bijak oleh pesantren, regulasi yang pas serta cocok dengan ekosistem pesantren wajib diambil supaya tantangan pengenalan masa digital bisa berjalan balance dengan suasana keagamaan di pesantren. Sehingga terdapatnya ekosistem digital tidak mengusik sama sekali kesakralan suatu pesantren.

Pemerintah lewat hari santri serta Undang- Undang Pesantren yang membenarkan kalau pesantren tidak cuma meningkatkan guna pembelajaran saja namun pula meningkatkan guna dakwah serta guna dedikasi kepada warga. sejatinya memberikan stimulus serta angin fresh supaya santri pula bisa ikut dan pada pembangunan bangsa, sebab santri merupakan pilar penegak bangsa yang perjuangannya tetap dinantikan saat ini serta nanti. Santri diharapkan sanggup menanggapi kebutuhan umat, penerus pejuang dalam agama Allah, berpegang teguh pada pancasila selaku bawah Negeri dan tetap berpedoman pada agama.

Kesimpulannya, momentum hari santri mudah- mudahan bisa digunakan buat tetap tingkatkan serta memberdayakan santri. Sehingga pada porsinya santri bisa bersinergi bersama warga melakukan pembangunan bangsa, mewujudkan Indonesia kokoh dengan santri selaku garda terdepan pelindung NKRI.

Redaksidakwah

Pintu Dakwah Dan Berita Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *